Senin, 28 Januari 2008

Warisan dari Sang Guru

Mencermati wawancara Esklusif Amien Rais di SCTV, mengenai wafatnya Pak Harto.

Satu hal yang menarik adalah , sikap Beliau yang melapangkan hatinya untuk memaafkan Pak Harto. Meski secara Hukum belum terbukti kesalahan mana yang harus dimaafkan dari Pak Harto. Adalah penting bagi kita , bahwa selain Koridor HUKUM, ada juga Koridor Moral dan terpenting Koridor AGAMA, sehingga kita bisa saling memaafkan.

kematian Pak Harto, atau si tukang becak, atau si tukang ojek dan kita semua itu adalah sama saja di mata ALLAH “.

Sikap Pak Amin mungkin membingungkan bagi banyak orang, bahkan puteranya sendiri sempat mengucap :

Kenapa bapak harus datang melayat, bukankah pak Harto adalah “ Lawan “ (politik) bapak “.


Apapun komentarnya, saya pribadi menyimpulkan, berjiwa besar bukan hanya untuk kawan semata.

Saya sangat yakin Pak Amin (seperti yang beliau sampaikan di wawancara itu ) mengambil contoh yang mulia dari Buya Hamka.

Saat Bung Karno Wafat, Buya Hamka datang melayat bahkan menjadi Imam untuk menyolatkan jenazah Bung Karno. Padahal kondisi hubungan Buya dan Bung Karno saat itu sangatlah tidak harmonis. Tekanan Era Pemerintahan Bung Karno terhadap Buya, yang berbuntut di penjaranya Buya, tak serta merta melahirkan ' kebencian' sebagai lawan. Bahkan di satu judul buku tentang Buya Hamka ( Pribadi dan Martabat Buya Hamka. Penerbit Panjimas), ' didalam bui, justru membawa berkah yang luar biasa bagi Buya dan bagi kita semua sampai kini, dengan terbitnya Tafsir Al Azhar yang fenomena 'l.


Selayaknya kita, berjiwa besar dan bijaksana untuk mensikapi bahwa kematian Pak Harto juga merupakan ' Pelajaran ' penting bagi perjalanan bangsa ini, bagi kita semua.


Salam hormat dan bangga untuk Pak Amin.

Selamat jalan Pak Harto, semoga keimananmu selalu menyertaimu menghadap Tuhan YME.

Tidak ada komentar: